Berdasarkan Surat Pemberitahuan pada hari Senin, Tanggal 28 Maret 2016 kepada Polres Kota Palu untuk memperingati Hari Ketiadaan Tanah Internasional yang akan dilakukan aksi massa sebagai bentuk respon kritis akan ketidakadilan yang dialami oleh petani, buruh dan rakyat penambang dalam pengelolaan sumber daya agraria.
Aksi massa ini dilaksanakan oleh Front Perjuangan
Rakyat Sulawesi Tengah (FPR Sulteng) bersama beberapa elemen organisasi yang
tergabung di dalamnya antara lain Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA
Sulteng), Front Mahasiswa Nasional (FMN Cab Palu), Serikat Perempuan Indonesia
(SERUNI), Serikat Pekerja Hukum Progresif (SPHP Sulteng), Liga Mahasiswa
Nasional Untuk Demokrasi (LMND-DN), Himpunan Mahasiswa Mamuju Tengah (HPPM
Mateng), Himpunan mahasiswa Provinsi Gorontalo (HPMIG), Front Perjuangan Pemuda
Indonesia (FPPI), Lembaga Bantuan Hukum (LBH Sulteng), BEM IAIN Palu, GEMA
Unisa, Forum Petani Merdeka (FPM Dongi-Dongi), Penambang Poboya dan Penambang
Dongidongi.
Rencana aksi ini dikosentrasikan di Jln.
Samratulangi dengan sasaran aksi kantor Gubernur, DPRD Propinsi Sulawesi Tengah
dan POLDA SULTENG. sekitar pukul 11.30 massa aksi dari Desa Poboya sudah berada
di tempat sasaran aksi dan disambut oleh 2 mobil water cannon, aparat Polisi
maupun TNI bersenjata lengkap. 30 menit kemudian massa aksi dari Front
Perjuangan Rakyat bergabung dengan massa Aksi yang lebih dulu telah berada di
tempat.
Sekitar pukul 12.30 Wita masuk sms dari Tim
Pendamping Lapangan sekaligus negosiator atas nama Ahmar Wellang yang sebelumnya
telah bersama mendampingi massa aksi di Dongidongi yang menuliskan bahwa
situasi sudah tidak terkendali, 5 orang tertembak dan mereka ditahan serta
diberondong senjata oleh aparat kepolisian secara membabi buta di Ranoromba
Desa Bora Kabupaten Sigi dan mereka akan tetap berupaya untuk bergabung dengan
massa aksi di Palu seperti rencana semula.
Mendapat berita itu, negosiator aksi di Palu
bertemu dengan Kapolres Kota Palu dengan maksud untuk menyampaikan bahwa massa
aksi yang dipimpin oleh FPR Sulteng tetap akan menjaga keamanan serta pihak
kepolisian juga untuk menjaga keamanan bagi massa aksi yang akan bergabung dari
Dongidongi nantinya. Hal ini dilakukan merespon berita yang di dapatkan dari
negosiator aksi massa Dongidongi yang telah ditahan dan ditembaki. Belum sejam
kemudian, masuk lagi berita dari Ranoromba Desa Bora Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten
Sigi menyampaikan bahwa Polisi dan TNI semakin membabi buta dengan terus
menembak, memukul dan menendang massa aksi.
Beberapa jam kemudian, berita dari Ranoromba, sudah
tidak lagi diterima, beberapa petani dan Tim Lapangan dan negosiator massa aksi
Dongidongi sudah tidak dapat dihubungi via HP signal tidak aktif. Massa di Palu
masih tetap menunggu.
Sekitar pukul 15.00 wita, masuk telpon salah satu
petani di Ranoromba yang menyampaikan bahwa situasi sudah gawat, korban sudah
banyak dan mereka memutuskan untuk mundur dan tidak lagi melanjutkan aksi massa
ke Kota Palu. Kemudian massa yang sudah menunggu di Palu memutuskan kembali ke
tempat star semula dan membubarkan diri dengan tertib dan aman.
Beberapa orang pimpinan FPR bersama tim lainnya memutuskan
untuk menuju ke Ranoromba Desa Bora Kabupaten Sigi kurang lebih 20 km dari Palu
untuk melihat secara langsung apa yang terjadi di sana. Sesampai di Desa Bora
sebelum tiba di Ranoromba, beberapa warga yang bersimpatik dengan perjuangan massa
aksi dari Dongidongi masih berkumpul di bundaran jalan Desa Bora. Tim kemudian
langsung menuju ke pos polhut Dinhut tempat massa aksi di tahan. Sesampainya di
disana jalan dipenuhi kendaraan militer dan pasukan senjata lengkap. Puluhan massa
aksi duduk bergerombol ditahan tanpa baju berjumlah 64 orang dikelilingi oleh
pasukan bersenjata.[1]
Salah satu tahanan remaja tanpa baju disuruh
berjalan sambil tangan menghormat dan beberapa polisi meneriaki, “hormatnya yang
keras!”. Dengan keras kemudian sang tahanan berteriak, “siap-siap!”. Beberapa
polisi dan TNI yang menikmati tontonan itu tertawa terbahak-bahak.
Tim bertemu dengan salah satu anggota Forum Petani
Merdeka (FPM) Dongidongi dan beberapa orang yang tergabung dalam massa aksi dan
menyampaikan bahwa massa yang berangkat dari Dongidongi sekitar 10.000 orang.
Informasi yang tim dapatkan, saat massa aksi sampai
di Ranoromba, mereka ditahan oleh polisi dan meminta untuk digeledah agar tidak
membawa senjata tajam dan rep (bongkahan batu yang mengandung emas). Padahal
rep tersebut akan mereka jual di Poboya[2]
untuk kebutuhan logistik saat aksi (makan, minum dan bahan bakar kendaraan).
Saat negosiasi terjadi, massa yang dari belakang yang tidak tahu sedang terjadi
negosiasi di depan mulai berteriak “maju sudah! (terus jalan)”. Tindakan ini
dianggap oleh polisi sebagai upaya ingin membuka blockade.
Polisi kemudian menembakan gas air mata. Massa yang
masih berada di atas mobil turun ke jalan dan kemudian berhamburan. Karena polisi
saat itu, tidak hanya mengarahkan senjata ke atas, tetapi sudah mengarah ke
kumpulan massa aksi. Massa kemudian berlarian mundur. Pihak kemananan mulai
menembak massa secara membabi buta dan menimbulkan beberapa korban tembak.
Dari hasil data sementara, tercatat 64 orang masih
ditahan oleh pihak kepolisian di Ranoromba Desa Bora Kabupaten Sigi dengan
alasan yang tidak jelas dan mendasar, ada beberapa yang dibawa ke kantor Polda
Sulawesi Tengah, 14 orang lainnya mengalami luka tembak (ada yang dibagian
kepala, telinga, punggung, pinggang, pantat dan kaki, identitas dan nama-nama
korban tersebut :
1. Akbar
asal Kec Palolo Kab. Sigi
2. Ade
Solla asal Kota Palu
3. Muhrim
asal Dongidongi
4. Jek
asal Sulawesi Tenggara
5. Haris
Giasi asal Gorontalo
6. Tasmin
asal Dongidongi
7. Darson
asal Kec Palolo Kab. Sigi
8. Irvan
asal Petobo Kota Palu
9. Muhtadin
asal Desa Petimbe Kec Palolo Kab. Sigi
Kesembilan
korban tersebut di rawat di RS Torabelo Kabupaten Sigi.
1 Sedangkan
5 orang korban belum teridentifikasi karena dipersulit oleh pihak Kepolisian di
RS Bayangkara Kota Palu saat pendataan korban tembak. Sementara pihak Polisi dan TNI tidak satupun korban disana, sehingga total
korban dari pihak Dongidongi yang tertembak berjumlah 14 orang.
0 komentar:
Posting Komentar