Oleh: Rudi HB Daman
Di Indonesia kaum tani merupakan mayoritas penduduk (60%-70%), potensi ekonomi, politik dan sosial yang sangat besar dalam mencapai Indonesia baru yang sejahtera yang bebas dari pendidasan dan penghisapan imperialisme dan feodalisme.
Untuk Indonesia sebagai negeri agraris, pertanian akan tetap merupakan tulang pungung ekonomi, salah satu tiang penyangga utama kehidupan rakyat dan kemakmuran bangsa. Tiang lainnya adalah industri. Namun kenyataan ini lain dengan pengelolaan yang di terjadi saat ini yang dijalankan oleh pemerintah yang berkuasa sekarang.Pengelolaan pertaniannya di abdikan kepada tuan tanah dan kaum pemodal besar serta sistem neoliberal dan pasar gelobal.
Sehingga konflik-konflik agraria didesa-desa terus berkembang dan tidak memperoleh penyelesaian. Kekerasan, penangkapan, pemenjaraan dan pembunuhan terhadap kaum tani terus terjadi. Perampasan dan monopoli tanah semakin menjadi-jadi. Meskipun kaum tani menempuh jalur hukum, jalur parlemen di tingkat lokal dan nasional. Tetap tidak ada kepastian hukum yang diperoleh kaum tani.
Kebijakan pemerintah dalam sektor pertanian terlihat jelas, mengutamakan politik “Pangan Murah” Ini artinya tidak perduli pangan dari mana, yang penting MURAH. Sehingga dalam praktek impor berbagai komoditas pertanian sepeti; beras, gula, kedelai, bawang, buah-buahan, makanan jadi, dllnya telah memukul hancur dan meminggirkan kaum tani. Jadi, politik pangan murah adalah landasan membuka pasar dunia ke Indonesia, membuka neoliberalisme pasar bebas di Indonesia. Ini artinya pemerintah dengan sengaja melumpuhkan pertanian dalam negeri dan membangkrutkan para petani yang sudah sejak lama terpuruk.
Sebagai akibat dari merosotnya daya beli rakyat, semakin menyempitnya lahan pertanian terutama di Jawa karena terus menerus di gerogoti oleh proyek pabrik, kawasan industry, perumahan, jalan tol, lapangan golf, dlsbnya.Maka jumlah kaum tani sedang bahkan tani kaya yang jatuh bangkrut miskin semakin terus bertambah belum lagi jumlah buruh tani juga terus bertambah dan tambah sengsara. Dan nyata semakin intensif usaha-usaha memiskinkan kaum tani di tahun tahun terakhir ini.
Jika kita membaca situasi konkrit hari ini, maka proses pembangkrutan dan pemiskinan kaum tani dewasa ini berlangsung melalui :
1. Masuknya produk-produk perusahaan besar dan kapitalis monopoli asing ke desa-desa yang sepenuhnya di pasiltasi oleh pemerintah pusat dan daerah, yang terpadu dan menjadikan sistem feodalisme sebagai landasan pijakannya. Manifestasinya, dipertahankannya sistem monopoli tanah oleh tuan tanah, diharuskannya pemupukan tanaman memakai pupuk infektisida dengan harga tinggi tidak seimbang dengan pendapatan kaum tani yang berakibat kaum tani terjerat utang seumur hidup dan mematikan, berkembangnya ladang-ladang agrobisnis untuk kepentingan bisnis perusahaan-perusahaan besar dllnya.
2. Menurunnya produktifitas lahan pertanian, khususnya sawah, semula 1 ha sawah menghasilkan sekitar 7-8 ton/ha, sekarang rata-rata hanya 4,5ton/ha. Pemasaran hasil produksi semakin sulit, monopoli pemasaran dan peranan tengkulak sangat merugikan kaum tani. Harga penjualan terus anjlog, sedang harga beli pupuk dan penggunaan pupuk terus meningkat. Demikian juga ongkos-ongkos penggarapan terus membengkak. Belum lagi faktor irigasi, hama penyakit dan cuaca.
3. Kenaikan harga BBM, memicu harga barang dan alat-alat pertanian terutama harga sembako telah sangat memerosotkan secara drastis daya beli kum tani dan mengakibatkan terus bertambahnya orang miskin serta membengkaknya pengangguran di desa.
4. Semakin menyempitnya lahan pertanian, terutama di Jawa karena banyak desa-desa dan lahan pertanian tergusur dengan cara yang sangat menyakitkan dan beralih fungsi menjadi pabrik, perumahan, perkotaan, jalan tol, lapangan golf dlsbnya.
5. Secara struktural juga terjadi penyempitan lahan pertanian karena kepemilikan kaum tani yang semula punya 1 ha tetapi ketika tanah itu berubah fungsi menjadi tanah waris, jumlah nya menyusut.
6. Perampasan tanah garapan kaum tani diberbagai wilayah dengan cara yang tidak manusiawi juga menambah parah kehidupan kaum tani dan bertambahnya jumlah penduduk miskin. Sehingga banyak rkayat kita khususnya perempuan yang pergi terpaksa menjadi buruh migran (BMI/TKI).
7. Terus meningkatnya beban pajak yang sangat memberatkan baik berupa PBB (Pajak Bumi Bangunan), maupun berupa pengutan-pungutan resmi dan tidak resmi yang memberatkan kaum tani.
Keadaan kaum tani dan desanya sampai hari ini akan tetap miskin, tidak akan ada perubahan yang berarti, kehidupan kaum tani akan lebih terpuruk lagi. Rezim yang berkuasa menjadikan desa sebagai tumpuan penyangga kekuasannya dengan memelihara dan memperkuat feodalisme.
Bersamaan dengn itu Rezim yang berkuasa juga memasukan kapitalisme memasukkan kaum pemodal asing (neo liberalisme dan pasar globa) untuk menguras harta rakyat pedesaan, memeras dan menghisap kaum tani sampai ketetes terakhir keringat dan darahnya.
Kenyataan alam Indonesia yang melimpah, kesuburan tanahnya yang melegenda, tidak dapat bermanfaat bagi kaum tani yang menggantungkan hidup didalamnya. Proses pembangkrutan dan pemiskinan kaum tani akan terus berlangsung selama faktor faktor tersebut tidak di likwidasi secara radikal. []
http://www.infogsbi.org/2016/02/kaum-tani-indonesia-terus-di.html
0 komentar:
Posting Komentar