Selasa, 08 September 2015

HMJ PMI IAIN Syekh Nurjati Gelar Diskusi Film Tragedi Urutsewu



CIREBON (CT) – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Ushuludin IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar diskusi film “Urutsewu” di sekitar taman Masjid Al-Jamiah, Selasa (08/09).

Acara yang digelar terbuka tersebut, tampak mendapat cukup banyak atensi dari mahasiswa. Sembari menampilkan tayangan dari film yang penuh dengan kerusuhan, kebrutalan, dan kekacauan terus berlangsung dari layar besar menggunakan infokus. Satu per satu mahasiswa berdatangan memenuhi ruang-ruang yang telah disediakan.

Film yang bercerita tentang perjuangan rakyat di Urutsewu tersebut jadi perbincangan hangat akhir-akhir ini di kalangan masyarakat. Lantunan lagu Darah Juang menyayat-nyayat di udara mengiringi akhir cerita.
“22 Agustus 2015 kemarin terjadi keributan lagi. Kepala desa mengalami luka di kepala. Tidak tahu kenapa pemerintah seolah tidak peduli. Esok paginya, mahasiswa dari Purwokerto, Banten, dan Almahera mencoba melakukan aksi dan mencoba bernegosiasi dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo untuk membela hak rakyat. Tetapi, mahasiswa justru dimintai surat tanah,” ujar Ahmad Syifa (20) selaku pemantik mengawali diskusi.

Dalam film tersebut juga nampak serikat buruh yang ikut turun menyuarakan haknya karena telah banyak memakan korban. Adu mulut antara Gubernur Jateng yang menanyakan data kepemilikan tanah dengan para mahasiswa berlangsung dengan alot.

“Tanah masyarakat Urutsewu sudah ada sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Mereka sudah menanam dari dulu. Makanya saya sangat jengkel dan kesal. Yang namanya orangtua kita membiayai kita itu perjuangannya sangat besar.
Tetapi, kita kadang sebagai mahasiswa yang telat bayar kemudian orangtua kita menghadap lalu kita malu. Ini masalah kita yang kita kaji di forum ini,” refleksi Ketua HMJ PMI, Muhammad Irfan (20).

Diskusi pun mulai mencair dan audiens mulai menyampaikan pendapat. “Klaim-klaiman tanah seperti ini sudah sering terjadi. Kita jangan hanya menonton film tetapi kita juga harus mencari solusi.” ucap Maulida, mahasiswa Jurusan SKI.

Meski berada di terik matahari, diskusi terbuka film bertajuk yang hanya beralas karpet, beratap terpal tersebut berjalan tertib hingga akhir. (Uyung)

0 komentar:

Posting Komentar